Cerita Horor PELAKOR dijadikan Tumbal Oleh MERTUAKU

Cerita Horor PELAKOR dijadikan Tumbal Oleh MERTUAKU

Rabu, 20 Maret 2024, Maret 20, 2024
Foto: Sumber/fb/ Az zahra


PELAKOR YANG DIJADIKAN TUMBA1 OLEH MERTUAKU (4)


VISTORBELITUNG.COM,"Aaaaa ... !" Aku menjerit, lalu tak ingat apa-apa lagi.


Entah berapa lama aku pingsan, aku sadar saat merasa tubuhku diguncang dan ada suara yang memanggil namaku berulang kali.


"Lian ... lian, Berlian!"


Suara itu terdengar berat dan sayup, juga aku merasa tak mengenali pemiliknya.


"Lian-Berlian, bangun!" Tubuhku terasa diguncang kuat dan suara itu terdengar lagi, meski mata seperti saling rekat dan kepala berat dan pening. Namun, aku berusaha untuk membukanya.


Akan tetapi, saat mata berhasil terbuka lebar, aku tak menemukan siapapun di dekatku. Tak ada orang yang memanggil tadi, juga tempatku tidur kini adalah ruangan asing yang temaram, lebih kepada gelap.


"Aku di mana?" lirihku.


Meski kepala masih pusing, aku memaksakan diri untuk bangkit.


"Di mana ini?" lirihku lagi sambil bergerak mulai mengitari ruangan.


"Ibu, Kak Bas ... !" Takut semakin menjalar, aku berteriak memanggil suami dan metuaku. Namun, tak ada sahutan sedikit pun.


"Ibuu ... Tolong aku!" Kembali aku berteriak, tetapi hanya gaung suaraku saja sebagai jawaban.


"Di mana ini? Aku dimana?" lirihku lagi, karena takut air mata mulai menetes.


Saat rasa bingung, takut, panik berada di puncaknya, tiba-tiba terdengar derit pintu dan cahaya masuk ke ruangan tempatmu. Semakin heran dan ngeri rasa hati, karena entah sudah berapa kali aku mengitari ruangan ini, tetapi tak menemukan letak pintu. Kini, di depanku pintu itu tiba-tiba terbuka.


Namun, rasa ngeri dan bingung itu sirna dalam sekejap saat melihat siapa yang datang.


"Ibu!" pekikku, ternyata ibu mertua-lah yang membuka pintu.


Aku yang begitu lega dan sangat bersyukur segera menyongsong ibu mertua. Namun, tanggapan yang aku dapati di luar nalar lagi. Ibu mertua hanya diam, bahkan ia menunduk dengan rambut terurai menutupi sebagian wajahnya.


"Ibu!" Aku berseru lagi, untuk memastikan jika semuanya baik-baik saja.


Akan tetapi, tetap saja ibu mertua diam.


"Ibu, kenapa diam saja!" Aku pun meninggikan suara, karena jujur sangat takut dan bingung.


Perlahan, wajah ibu terangkat, kemudian ia bergumam.


"Jangan ganggu, hihihi ... "


"Aaaaaaa ... !" 


Kembali aku menjerit, karena yang berdiri di depanku kini adalah orang yang sama dengan yang aku lihat di depan pintu ruangan rahasia tadi. Iya, ini orang yang mirip ibu mertua, tapi sangat menyeramkan. 


Wanita yang aku lihat adalah sosok wanita mirip ibu mertua, kulit pucat seperti mayat, dingin laksana es. Ia menyeringai kemudian nampak taring dan darah di mulutnya. Kini penampakan orang yang ada di depanku sama, ia menyeringai menyeramkan juga.


"Aaaaa ... !" Aku menjerit, langsung terduduk dan menyebunyikan wajah di lutut. 


"Pergii! Pergii! Jangan ganggu aku, pergii!" Aku berteriak sambil mengayun lengan meminta makhluk itu pergi.


"Pergii! Pergii!" Aku terus berteriak, tetapi kemudian lengan tak bisa lagi digerakkan, tubuhku juga kaku seperti ketindihan.


"Tolonggg ... !" Teriakku akhirnya, sambil terus memaksa tubuh agar bergerak. Namun, tetap saja tidak bisa.


"Tolongggg ... !" Aku berteriak semakin keras. Dan-


"Berlian-Berlian, bangun, Nak! Bangun!" 


"Liann, bangun!" 


Teriakan dan guncangan sangat keras di tubuhku kemudian membuatku tersentak. Aku begitu kaget karena tiba-tiba sudah berada di tempat yang terang-benderang.


"Ibu, Kak Bastian," lirihku bingung, bagaimana tidak, dua orang itu kini ada di depanku dengan raut khawatir.


"Syukurlah, kau sudah sadar," ucap ibu mertua sambil merangkulku.


Sudah sadar? Aku bergumam dalam hati. Bukankah dari tadi aku memang sudah sadar, dan ibu mertua? Apa ini ibu mertua yang asli?


Mendadak aku melepas diri dari dekapan ibu mertua, kemudian beringsut mundur.


"Kenapa?" tanya ibu mertuaku.


Aku menggeleng.


"Be-benarkah ini i-ibu?" tanyaku terbata.


"Tentu saja ini ibu, mau siapa lagi. Hantu?" ketus Bastian. Dia yang menjawab.


Aku ingin mengatakan memang benar melihat hantu, tetapi ibu mertua mendahului ucaapaku.


"Kami menemukanmu pingsan di depan pintu ruang ujung itu. Apa yang kau lihat hingga pingsan dan seperti orang kesurupan?" tanyanya.


"Seperti orang kesurupan?" tanyaku kaget.


"Iya, kau menjerit, tapi dalam keadaan tak sadar," sahut Bastian.


"Itu sebabnya ibu melarangmu mengintip atau masuk ke ruangan itu, karena di sana sering ada penampakan. Kadang terlihat sosok seperti ibu di sana, seperti Bastian atau bisa juga seperti dirimu sendiri. Penunggu ruangan itu tidak mau pergi, meskipun sudah banyak orang pintar yang kami datangi. Itu sebabnya kami memilih jalan aman dengan mengunci saja dan siapapun tak boleh masuk, termasuk ibu."


Penjelasan ibu tidak lantas masuk begitu saja di otakku, entah kenapa aku merasa ia berbohong.


"Sudah, sebaiknya kau istirahat saja! Ini, minumlah dulu!" Ibu kemudian menyodorkan gelas berisi air, aku ragu untuk meminumnya.


"Minumlah, ini air biasa. Ibu tuang dari botol itu," ucapnya sambil menunjuk botol air yang ada di meja sudut.


Akhirnya aku menerima gelas itu, kemudian meminum airnya hingga habis. Tenggorokan terasa begitu kering setelah tadi berteriak.


"Sudah, kalian tidur saja, ibu mau lanjut tidur juga."


Aku yang merasa masih pening juga bingung bercampur ngeri, membiarkan saja ibu pergi. Kemudian aku didera rasa mengatuk yang teramat sangat dan akhirnya tertidur.


***


Pagi kemudian tiba, meski kepala masih terasa berat, tetapi aku memaksakan diri untuk bangun dan keluar kamar. Saat tiba di ruang tengah, aku mendapati Tiani dalam keadaan rapi, dengan dandanan menor lagi. Begitu melihatku, pelakor itu membuang muka dan langsung pergi.


Tiani menuju depan dan aku mengejarnya. 


"Tiani, tunggu!" seruku 


Bukan apa, aku hanya ingin bertanya apa benar semalam ia mandi di kamar itu. Aku ingin memastikan yang aku lihat bukan penampakan atau mimpi, tetapi nyata. Namun saat sudah dekat, pelakor itu ia malah membentak.


"Ada apa?! Aku mau pulang," ucapnya "heh, dasar istri murahan, pura-pura pingsan agar bisa didekap suami," sambungnya lagi dengan sengit.


Aku langsung melongo di tempat, niat hati ingin bertanya dan mungkin akan menolong, tetapi tuduhan aneh yang aku terima. Apa ada isilah istri murahan untuk suaminya sendiri. Sebenarnya siapa yang murahan ia atau aku? 


SUDAH TAMAT DI kbm app. Hanya 38 bab.


Judul : PELAKOR YANG DIJADIKAN TUMBA1 OLEH MERTUAKU 


PENULIS : Zohrah_belah/Az Zahra 


Baca selengkapnya di aplikasi KBM App.


Bersambung

TerPopuler