![]() |
Foto: Media Sosial |
VISTORBELITUNG.COM,Bayangkan jika suatu pagi Anda terbangun, dan matahari hanya terlihat samar, diselimuti kabut tebal yang tak kunjung hilang. Langit kelabu, suhu anjlau drastis, dan panen gagal di mana-mana. Kedengarannya seperti skenario film Hollywood, bukan? Tapi, ini adalah kenyataan pahit bagi jutaan orang di seluruh dunia pada tahun 536 Masehi.
Para sejarawan dan ilmuwan sepakat, tahun 536 adalah salah satu periode terburuk untuk hidup dalam sejarah manusia. Penulis sejarah Bizantium, Procopius, mencatat dengan gamblang: "Matahari memancarkan cahayanya tanpa kecerahan... seolah-olah gerhana terjadi setiap saat." Deskripsi ini bukan isapan jempol belaka. Peneliti modern menemukan bukti kuat yang mendukung kesaksian ini.
Pada tahun 2018, sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Antiquity mengungkap penyebab di balik kegelapan global ini. Tim peneliti dari University of Maine, yang menganalisis sampel es dari gletser di Swiss, menemukan jejak abu vulkanik dalam jumlah besar yang berasal dari tahun 536. Ini bukan sekadar letusan biasa, melainkan erupsi gunung berapi dahsyat yang melepaskan jutaan ton abu dan gas belerang ke atmosfer.
Para ilmuwan meyakini, letusan kolosal ini kemungkinan besar berasal dari sebuah gunung berapi di Islandia. Abu vulkanik yang terlontar tinggi ke stratosfer kemudian menyebar ke seluruh dunia, menciptakan selubung tebal yang memblokir sinar matahari. Akibatnya, suhu global turun drastis, menyebabkan apa yang dikenal sebagai "Musim Dingin Vulkanik" atau "Zaman Es Kecil Kuno Akhir."
Suhu rata-rata di Eropa dan Asia turun antara 1.5^\circ C hingga 2.5^\circ C, memicu musim dingin yang berkepanjangan dan musim panas yang luar biasa dingin.
Terus Gagal Panen Massal,Tanaman tidak bisa tumbuh karena kurangnya sinar matahari dan suhu ekstrem. Ini memicu kelaparan hebat di seluruh dunia, dari Irlandia hingga Tiongkok.
Kelaparan dan kekebalan tubuh yang melemah membuat populasi rentan terhadap penyakit. Tak lama setelah tahun 536, Wabah Justinian, salah satu pandemi paling mematikan dalam sejarah, mulai menyebar dan menewaskan jutaan orang di seluruh Kekaisaran Bizantium dan sekitarnya kelangkaan pangan dan wabah penyakit memicu gejolak sosial, migrasi massal, dan konflik di banyak wilayah. Beberapa sejarawan bahkan menghubungkan peristiwa ini dengan kemunduran Kekaisaran Bizantium dan perubahan signifikan dalam tatanan dunia.
Tahun 536 adalah pengingat betapa rentannya peradaban manusia terhadap kekuatan alam. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana satu letusan gunung berapi yang dahsyat bisa mengubah iklim global dan memicu krisis kemanusiaan yang parah.
Meskipun saat ini kita memiliki teknologi dan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena alam, kisah tahun 536 tetap menjadi pelajaran berharga. Ia mengingatkan kita akan pentingnya ketahanan pangan, sistem kesehatan yang kuat, dan kerjasama global dalam menghadapi potensi bencana di masa depan.
Bagaimana menurut Anda, apakah manusia modern lebih siap menghadapi "kegelapan" serupa jika terjadi di masa kini? Tulis komentar Anda di bawah!